
Ku sandarkan jiwa dalam selaput kehampaan
Yang dalam kebutaan mata
melihat pancaran kasih sayang
Dan dalam ketulian telinga
mendengar syahdunya nyanyian kidung cinta
Kupalingkan arah ke angkasa
Kutatap luas kehidupan dunia atas
Tak satupun kulihat bintang bersinar
Sedikitpun tak kutemukan cahaya rembulan
Yang kudapati hanya untaian
kesedihan langit-langit bumi
Yang tak kuasa menahan beban
awan dari setiap kedukaan
Dari setiap tetes air kepedihan
dan gemericik awan duka yang tertahan
Kupaksakan hati untuk melihatnya
dalam kebutaanku
dan dalam ketulianku
Kubukakan jiwa untuk mendengar
Wujud sedih, suara parau kegelapan
Serta dalam kepekaan
aku merasakanm pahit getirnya kehidupan
Tapi malam ku
Mengapa kau sedih dan larut dalam duka
Bukankah kecuali Tuhan
tak satupun dapat mendengarmu?
jangan kau bertanya:
Mengapa aku tahu semua
Aku tahu karena jiwaku
jiwaku tahu karena mata batinku
Yang tak ubahnya bak sedih yang menderamu
Banyak berharap akan sentuhan bintang
Dan tentang ketakberdayaan sang bulan
Yang tak bisa memberiku
cahaya kasih sayang
Sebab penguasa siang
terbelenggu waktu untuk menemuinya
Hingga sang ratu terang
belum bersedia mengabulkan keinginan
Untuk menjadi demi kesetiaan
Yang senantiasa menghibur hari gelapmu
Yang dalam kebutaan mata
melihat pancaran kasih sayang
Dan dalam ketulian telinga
mendengar syahdunya nyanyian kidung cinta
Kupalingkan arah ke angkasa
Kutatap luas kehidupan dunia atas
Tak satupun kulihat bintang bersinar
Sedikitpun tak kutemukan cahaya rembulan
Yang kudapati hanya untaian
kesedihan langit-langit bumi
Yang tak kuasa menahan beban
awan dari setiap kedukaan
Dari setiap tetes air kepedihan
dan gemericik awan duka yang tertahan
Kupaksakan hati untuk melihatnya
dalam kebutaanku
dan dalam ketulianku
Kubukakan jiwa untuk mendengar
Wujud sedih, suara parau kegelapan
Serta dalam kepekaan
aku merasakanm pahit getirnya kehidupan
Tapi malam ku
Mengapa kau sedih dan larut dalam duka
Bukankah kecuali Tuhan
tak satupun dapat mendengarmu?
jangan kau bertanya:
Mengapa aku tahu semua
Aku tahu karena jiwaku
jiwaku tahu karena mata batinku
Yang tak ubahnya bak sedih yang menderamu
Banyak berharap akan sentuhan bintang
Dan tentang ketakberdayaan sang bulan
Yang tak bisa memberiku
cahaya kasih sayang
Sebab penguasa siang
terbelenggu waktu untuk menemuinya
Hingga sang ratu terang
belum bersedia mengabulkan keinginan
Untuk menjadi demi kesetiaan
Yang senantiasa menghibur hari gelapmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar